5 Tips Memilih Hewan Qurban untuk Idul Adha Supaya Tidak Rugi
Idul Adha pada tahun ini tinggal menghitung hari. Masyarakat mulai berbondong-bondong mempersiapkan hewan untuk qurban. Sebelum membeli hewan qurban mengamati kondisi kesehatan hewan merupakan hal yang wajib karena memiliki dampak yang sangat signifikan dalam menjaga keselamatan hewan dan manusia. Hewan yang dipilih sebagai qurban yang sehat tidak hanya memberikan jaminan akan keberkahan dalam ibadah, tetapi juga menjamin keamanan dan kualitas daging yang akan dikonsumsi. Hewan yang sehat memiliki sistem kekebalan yang baik dan kurang rentan terhadap penyakit, sehingga mengurangi risiko penularan penyakit zoonosis kepada manusia. Selain itu, dengan memperhatikan kesehatan hewan qurban, kita juga mencegah potensi penyebaran penyakit secara luas yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat.
Terdapat beberapa penyakit yang sering menjangkiti hewan ternak dan sangat berbahaya di antaranya penyakit "lato-lato", infeksi cacing dan PMK. Lumpy Skin Disease (LSD) atau yang lebih dikenal sebagai "lato-lato" sering menyerang hewan qurban seperti sapi dan kerbau. Dikutip dari pertanian.kulonprogokab.go.id, Lumpy Skin Disease (LSD) pada sapi disebabkan oleh virus yang termasuk dalam keluarga poxviridae. Penyebaran virus terjadi melalui gigitan serangga seperti nyamuk dan lalat. Sapi yang terjangkit akan mengalami masa inkubasi selama 5-14 hari sebelum munculnya gejala. Penularan penyakit dapat dengan cepat terjadi di antara sapi yang berada dalam kandang yang sama atau antara kandang yang berdekatan. Gejalanya meliputi pembengkakan, keropeng pada kulit, dan kerontokan bulu. Penyakit ini berbahaya bagi ternak, karena akan menyebabkan hewan qurban kehilangan nafsu makan, lesu bahkan hingga kematian.
Penyakit yang juga berisiko menyerang hewan qurban adalah Infeksi Cacing. Ada banyak jenis cacing yang dapat menginfeksi hewan qurban, tergantung pada lokasi geografis, usia dan manajemen pemeliharaan. Menurut Subroto dan Tjahajati (2001) infeksi cacing pada ternak secara umum menunjukkan gejala yang hampir sama yakni badan kurus, bulu kusam dan berdiri, diare dan anemia. Sayangnya, siklus penyakit cacing umumnya terus menerus berulang sehingga diperlukan pengendalian dan penanganan secara intens untuk memutus siklus hidup dari penyakit tersebut. Infeksi cacing pada hewan tidak hanya merugikan kesehatan hewan itu sendiri, tetapi juga dapat menular ke manusia melalui konsumsi larva cacing yang ada di dalam tubuh hewan. Misalnya, jika seseorang mengonsumsi daging yang terkontaminasi larva cacing gelang tanpa dimasak dengan baik, maka bisa menyebabkan orang tersebut batuk, sesak napas, dan demam.
Satu bulan yang lalu Penyakit Mulut dan Kuku kembali ramai di kalangan peternak. Penyakit ini juga perlu diwaspadai dalam memilih hewan qurban pasalnya penyakit ini memiliki morbiditas dan penyebaran yang tinggi, artinya sangat mudah menular di antara hewan ternak. Penyakit ini disebabkan oleh virus tipe A dari keluarga picornaviridae dan memiliki masa Inkubasi antara 1-14 hari. Secara umum, gejala klinis pada hewan yang terinfeksi PMK meliputi produksi air liur yang berlebihan, demam lebih dari 40⁰C selama beberapa hari, kehilangan nafsu makan, serta munculnya lesi pada lubang hidung, moncong, pipi, gusi, lidah, dan bagian dalam bibir (Adjid, 2020). Infeksi virus PMK dapat menyebabkan kematian masal pada hewan dalam waktu yang cepat, hewan yang terinfeksi PMK juga harus segera dimusnahkan melalui pembakaran dan tidak disarankan untuk dikonsumsi. Daging dari hewan yang terinfeksi dikhawatirkan dapat beresiko bagi kesehatan manusia, meskipun PMK jarang menular ke manusia tetapi lesi dan luka yang diakibatkan oleh PMK dapat mengurangi kualitas dan keamanan daging.
5 Tips Memilih Hewan Qurban
Untuk mengantisipasi risiko penyakit pada hewan qurban, berikut 5 tips penting untuk memilih ternak yang perlu diperhatikan.
Pertama, pengecekan sertifikat kesehatan hewan qurban. Sertifikat Kesehatan Hewan adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh dokter hewan yang berwenang dalam suatu daerah untuk meningkatkan pengawasan terhadap lalu lintas hewan dan terhadap penularan penyakit zoonosis dan penyakit menular lainnya. Pentingnya sertifikat ini untuk memastikan hewan yang kita pilih terjaga kualitas dan keamanannya sebagai hewan qurban.
Kedua, tidak memilih hewan qurban yang memiliki kulit dan bulu yang kusam. Hewan yang memiliki ciri tersebut memiliki indikasi masalah kesehatan seperti cacingan, penyakit kulit, parasit hingga stress. Peternak yang memelihara hewan dengan baik dan memperhatikan kesehatannya akan menghasilkan hewan qurban yang berkualitas dan aman untuk dikonsumsi sedangkan sebaliknya jika ternak tidak memelihara hewannya dengan baik, hewan tersebut memiliki kemungkinan risiko terhadap penyakit lebih tinggi dan tidak mendapatkan nutrisi yang cukup.
Ketiga, penting untuk melakukan pengecekan recording penimbangan hewan qurban karena berkaitan erat dengan pengelolaan yang tepat terhadap hewan-hewan yang akan disembelih. Dalam konteks ini, keberadaan resiko gelonggongan, atau ketidaksesuaian antara berat sebenarnya dengan berat yang tercatat serta peningkatan berat badan signifikan dalam waktu singkat dapat menjadi perhatian serius. Dalam pembelian hewan qurban terdapat risiko terjadi praktik kecurangan atau kesalahan dalam proses penimbangan yang dapat merugikan semua pihak yang terlibat dalam proses qurban. Oleh sebab itu dengan bersikap bijak dan teliti dalam memilih hewan qurban dapat mengantisipasi risiko ini.
Keempat, memperhatikan ciri fisik hewan qurban adalah langkah penting dalam memastikan kualitas dan kesesuaian hewan yang akan dipilih untuk diserahkan sebagai qurban. Hewan qurban umumnya memiliki ciri fisik yang mencerminkan kesehatan dan kebugarannya, seperti bulu yang bersih dan mengkilap, mata yang cerah, serta gerakan yang aktif dan lincah. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan proporsi tubuh yang seimbang, struktur tulang yang kuat, dan kondisi umum dari kulit dan kuku. Ciri-ciri ini tidak hanya menandakan kesehatan fisik hewan, tetapi juga dapat mencerminkan kualitas daging yang akan dihasilkan. Dengan memperhatikan ciri fisik ini, para peternak atau calon pembeli dapat memastikan bahwa hewan yang dipilih memenuhi syarat sebagai qurban yang layak, sehingga memberikan manfaat maksimal bagi penerima manfaat serta menjaga kehormatan dari ibadah qurban itu sendiri.
Kelima, tidak perlu ragu untuk berkonsultasi dengan peternak dan dokter hewan saat mempersiapkan atau memilih hewan qurban. Konsultasi dengan peternak dapat memberikan informasi yang berharga mengenai kondisi kesehatan dan kualitas hewan yang ditawarkan, serta memberikan saran tentang pemilihan hewan yang sesuai dengan kebutuhan. Di sisi lain, berkonsultasi dengan dokter hewan akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang aspek kesehatan hewan, termasuk langkah-langkah pencegahan penyakit dan perawatan yang diperlukan. Dengan melakukan konsultasi, kita dapat memastikan bahwa hewan qurban yang dipilih memenuhi standar kesehatan dan kebersihan yang sesuai.
Semua penjelasan sebelumnya bertujuan untuk memastikan bahwa hewan qurban yang dipilih memenuhi kriteria kesehatan dan kualitas yang sesuai dengan tujuan ibadah. Dengan langkah-langkah seperti pengecekan recording penimbangan, memperhatikan ciri fisik hewan qurban, dan berkonsultasi dengan peternak serta dokter hewan, dapat membantu memastikan hewan qurban yang dipilih aman dan layak. Dengan demikian, pelaksanaan ibadah qurban dapat memberikan manfaat maksimal.