Bencana Ganda! Banjir Bandang Sumatra Barat Menyebabkan Kerusakan, Juga Mengancam Ketahanan Pangan
Sumatra Barat, bagaikan lukisan alam yang terukir indah di atas kanvas Nusantara. Hamparan bukit dan lembah yang hijau subur, dihiasi dengan goresan sawah padi yang luas tak hanya memanjakan mata tetapi juga menyimpan potensi besar di sektor pertanian. Didominasi oleh pegunungan dan dataran tinggi, Sumatra Barat diberkahi dengan tanah yang subur dan iklim yang sejuk. Kondisi ini bagaikan pupuk alami yang menyuburkan tanaman padi, menjadikannya lumbung padi yang tak tergantikan di Indonesia. Tak heran, Sumatra Barat kerap dijuluki "Ranah Minang" atau "Tanah Minang", yang berarti "Tanah yang Tinggi" atau "Tanah yang Subur".
Hasil panen Sumatera Barat tak hanya memenuhi kebutuhan pangan di wilayah sendiri, tetapi juga didistribusikan ke berbagai wilayah di Indonesia. Sumatra Barat tak hanya dikenal dengan padi, tetapi juga dengan berbagai komoditas pertanian lainnya, seperti jagung, palawija, dan sayur-sayuran. Keanekaragaman ini semakin memperkuat peran Sumatera Barat sebagai lumbung pangan nasional.
Kabupaten Agam dan Tanah Datar di Sumatra Barat merupakan contoh nyata dari daerah yang memiliki potensi besar dalam sektor pertanian. Agam, yang dikenal dengan julukan "Luhak Nan Limo" atau daerah tertua telah lama menjadi sentra produksi padi di wilayah ini. Keberhasilan Agam sebagai penghasil padi unggulan tidak lepas dari lahan sawah yang luas dan sistem irigasi yang sangat baik. Beras dari Agam dikenal dengan kualitasnya yang tinggi dan rasanya yang enak, sehingga menjadi komoditas andalan yang diminati pasar.
Tidak jauh berbeda, Kabupaten Tanah Datar juga menyimpan potensi pertanian yang luar biasa. Daerah ini memiliki iklim yang sejuk dan curah hujan yang cukup, menjadikannya wilayah yang sangat subur untuk pertanian. Tanah Datar tidak hanya terkenal dengan produksi padinya, tetapi juga sebagai penghasil berbagai jenis sayuran, buah-buahan, dan kopi. Kopi dari Tanah Datar, misalnya, telah dikenal luas karena kualitasnya yang unggul dan cita rasanya yang khas.
Banjir bandang yang baru-baru ini melanda Sumatra Barat sayangnya menghancurkan sebagian daerah di Kabupaten Agam dan Tanah Datar. Alih-alih panen yang berlimpah, para petani harus menelan pil pahit kegagalan panen dan kerusakan infrastruktur yang signifikan. Dinas Pertanian Kabupaten Agam, Sumatra Barat mencatat sekitar 240,65 hektare lahan pertanian di daerah itu mengalami kerusakan dengan kerugian Rp4,86 miliar akibat diterjang banjir bandang. Kerugian ini meliputi gagal panen, hanyutnya hewan ternak dan kerusakan saluran irigasi. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar juga mengatakan sebanyak 355 hektare lahan pertanian di daerah Tanah Datar terdampak banjir lahar dingin Gunung Marapi.
Banjir merendam dan merusak tanaman Padi yang hampir panen milik masyarakat (ekonomi.republika.co.id)
Petugas melakukan evakuasi warga pasca banjir bandang di Nagari Bukik Batabuah, Agam, Sumatra Barat. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
Kerusakan lahan pertanian di Kabupaten Agam dan Tanah Datar membawa dampak negatif yang signifikan tidak hanya bagi daerah tersebut, tetapi juga bagi wilayah lain yang bergantung pada pasokan pangan dari sana. Kerusakan lahan pertanian akibat bencana banjir bandang berpengaruh terhadap penurunan produksi pangan yang signifikan sehingga menyebabkan kekurangan pasokan pangan, kelangkaan bahan makanan, dan kenaikan harga pangan. Dikutip dari sumbar.antaranews.com, Sawahlunto sebagai salah satu daerah yang bergantung pada pasokan pangan dari Tanah Datar sudah mulai menyusun strategi untuk menyikapi risiko kenaikan harga bahan pangan pasca bencana banjir bandang. Selain Sawahlunto, wilayah lain seperti Padang dan Padang Panjang juga berpotensi merasakan dampak serupa. Kedua kota ini yang juga mengandalkan pasokan pangan dari Agam dan Tanah Datar, telah melakukan rapat koordinasi untuk membahas terkait risiko kenaikan harga bahan pokok pasca bencana banjir bandang dan longsor yang melanda sebagian daerah di Provinsi Sumatra Barat.
Dampak signifikan lainnya yang juga akan terjadi akibat bencana banjir bandang adalah kerusakan parah pada lahan pertanian. Ketika lahan pertanian terendam air dalam waktu lama, tanaman akan mati karena akar mereka tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Selain itu, tanah yang terendam lama akan mengalami pengikisan dan rusaknya struktur tanah, yang mengurangi kesuburan tanah. Endapan lumpur dan puing-puing yang terbawa air banjir juga akan menghambat pertumbuhan tanaman dan mengganggu sistem drainase alami, yang berakibat pada genangan air yang berkepanjangan dan semakin memperparah kerusakan lahan. Pencemaran tanah dan air oleh bahan kimia berbahaya seperti pupuk, pestisida, dan limbah rumah tangga yang terbawa air banjir juga dapat meresap ke dalam tanah dan air, menyebabkan keracunan tanaman dan mengurangi kualitas hasil pertanian.
Kondisi memprihatinkan ini berpotensi memicu krisis pangan dan memperparah dampak ekonomi bagi para petani. Upaya pemulihan dan pencegahan bencana harus menjadi fokus utama. Bantuan kepada petani, perbaikan infrastruktur, dan langkah pencegahan seperti sistem peringatan dini dan edukasi lingkungan harus segera dilakukan. Banjir bandang ini adalah pengingat keras tentang pentingnya ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan. Masa depan sektor pertanian bergantung pada upaya bersama untuk membangun masa depan yang lebih aman dan tangguh.