Selamatkan Bumi, Hentikan Kontribusi Polusi Udara dari Kebakaran Lahan Gambut

Penulis : Fidella Ivana HF | Editor : Berlya Uta Windika

4/27/20242 min read

Peristiwa pemadaman yang dilakukan oleh masyarakat dan tim pemadam kebakaran di kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatra Selatan

Dokumentasi Agrimuda Foundation

November 2023, Indonesia mengalami darurat polusi udara terutama di daerah Sumatera Selatan. Peningkatan polusi udara ini terjadi diakibatkan oleh peningkatan signifikan jumlah titik api akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan mencatat sebanyak 1.044 titik api terpantau tersebar di 5 wilayah yakni di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Banyuasin, Musi Banyuasin, Musi Rawas Utara (Muratara), dan Ogan Ilir (OI).

Kebakaran hutan terparah terjadi di wilayah Ogan Komering Ilir yang merupakan daerah dengan luasan lahan gambut terbesar di Sumatera Selatan yakni 768.000 Hektar. Lahan gambut memiliki struktur tanah yang tersusun dari lapisan bahan organik yang terbentuk dari tumpukan dedaunan, serasah, dan material organik lainnya yang terperangkap di dalam air. Ketika terjadi periode kekeringan, kadar air di dalam lapisan gambut menurun secara signifikan, membuatnya menjadi sangat rentan terhadap pembakaran. Selain itu, proses dekomposisi bahan organik di dalam gambut juga menghasilkan gas-gas mudah terbakar seperti metana, yang dapat menyebabkan kebakaran menjadi semakin mudah terjadi dan sulit dikendalikan.

Dampak dari kebakaran yang terjadi menyebabkan tingkat Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Sumatera Selatan meningkat ke status bahaya. Dalam kondisi seperti ini, resiko terkena penyakit Infeksi Saluran Pernapasan akan meningkat secara signifikan seperti yang terjadi pada masyarakat Sumatera Selatan yang mengalami peningkatan kasus ISPA mencapai 4000 kasus dalam satu bulan. Selain itu di dalam lahan gambut tersimpan kandungan karbon yang tinggi sehingga apabila terjadi kebakaran tentunya akan meningkatkan emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim global. Pencemaran air dan lingkungan juga akan terjadi serta kasus satwa yang kehilangan habitatnya atau bahkan lebih parah lagi bisa mengancam populasi dalam jangka panjang.

Kasus kebakaran hutan gambut bukan pertama kali terjadi di Indonesia, bahkan menjadi salah satu topik pembahasan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Saat ini tidak ada pilihan selain beraksi untuk menjaga ekosistem hutan gambut dan merancang pengendalian kebakaran hutan secara permanen. Kolaborasi bersama sangat diperlukan mulai dari dukungan pemerintah, program keberlanjutan dan peranan generasi muda. Upaya yang sudah dilakukan oleh Badan Restorasi Lahan Gambut dan Mangrove (BRGM) yakni dengan pembangunan kanal dengan tujuan untuk melakukan pembasahan kembali lahan gambut. pembasahan lahan gambut bisa membantu mengurangi resiko kebakaran hutan, mengantisipasi penurunan permukaan lahan gambut dan memulihkan fungsi hidrologis pada lahan gambut.

Peranan generasi muda yang juga fokus terlibat pada aksi pengendalian kerusakan ekosistem gambut yakni Agri Muda Foundation. Masyarakat di sekitar lahan gambut biasanya akan mengalami kesulitan ketersediaan pakan pada musim kemarau, maka dari itu melalui dampingan dari tim Agri Muda Foundation dibuatlah program pendampingan intensif berupa pelatihan pembuatan pakan fermentasi, mikroorganisme lokal dan pembuatan mineral blok. Agri Muda Foundation juga mendorong terjalinnya kolaborasi antara peternak dengan stakeholder dan offtaker terkait untuk mendukung program peternakan yang berkelanjutan. Harapannya melalui program ini, masyarakat juga dapat merasakan secara langsung dampak dari upaya restorasi yang dilakukan. Selain perbaikan dari segi lingkungan, masyarakat juga dapat merasakan dampak peningkatan ekonomi melalui peningkatan pendapatan dari peternakan sapi dan olahan hasil turunannya. Adanya kolaborasi bersama dari banyak pihak termasuk masyarakat sekitar lahan gambut dalam mendukung program restorasi akan sangat membantu mengantisipasi terjadinya pembakaran hutan secara permanen.